Profil Wirausaha
Menurut
Roopke, kewirausahaan rutin yaitu wirausaha yang melakukan kegiatan sehari-hari
yang menekankan pada pemecahan masalah dan perbaikan standar prestasi.
Berbagai
Macam Profil Wirausaha
Menurut Zimmerer dan Scarborough (2002:13), jika
diperhatikan entrepreneur
yang ada di
masyarakat sekarang ini, maka dijumpai berbagai macam profil.
1. Women Entrepreneur
Banyak wanita yang terjun ke dalam bidang
bisnis. Alasan mereka
menekuni
bidang bisnis ini disorong oleh faktor-faktor antara lain ingin
memperlihatkan
kemampuan prestasinya, membantu ekonomi rumah tangga,
frustasi
terhadap pekerjaan sebelumnya dan sebagainya.
2. Minority Entrepreneur
Kaum
minoritas terutama di negara kita Indonesia kurang memiliki
kesempatan
kerja di lapangan pemernitahan sebagaimana layaknya warga negara
pada
umumnya. Oleh sebab itu, mereka berusaha menekuni kegiatan bisnis
dalam
kehidupan sehari-hari. Demikian pula para perantau dari daerah tertentu
yang
menjadi kelompok minoritas pada suatu daerah , mereka juga berniat
mengembangkan
bisnis. Kegiatan bisnis mereka ini makin lama makin maju, dan
mereka
membentuk organisasi minoritas di kota-kota tertentu.
3. Immigrant Entrepreneurs
Kaum
pedagang yang memasuki suatu daerah biasanya sulit untuk
memperoleh
pekerjaan formal. Oleh sebab itu, mereka lebih leluasa terjun dalam
pekerjaan
yang bersikap non-formal yang dimulai dari berdagang kecil-kecilan
sampai
berkembang menjadi perdagangan tingkat menengah.
4. Part Time Entrepreneurs
Memulai
bisnis dalam mengisi waktu lowong atau part-time merupakan
pintu
gerbang untuk berkembang menjadi usaha besar. Bekerja part-time tidak
mengorbankan
pekerjaan di bidang lain misalnya seorang pegawai pada sebuah
kantor
mencoba mengembangkan hobinya untuk berdagang atau
mengembangkan
suatu hobi yang menarik. Hobi ini akhirnya mendatangkan
keuntungan
yang lumayan. Ada kalanya orang ini beralih profesi, dan berhenti
menjadi
pegawai dan beralih ke bisnis yang merupakan hobinya.
5. Home-Based Entrepreneurs
Ada
pula ibu-ibu rumah tangga yang memulai kegiatan bisnisnya dari
rumah
tangga misalnya ibu-ibu yang pandai membuat kue dan aneka masakan,
mengirim
kue-kue ke toko eceran di sekitar tempatnya. Akhirnya usaha makin
lama
makin maju. Usaha catering banyak dimulai dari rumah tangga yang bisa
masak.
Kemudian usaha ini berkembang melayani pesanan untuk pesta.
6. Family-Owned Business
Sebuah keluarga dapat memulai membuka berbagai
jenis cabang dan
usaha.
Mungkin saja usaha keluarga ini dimulai lebih dulu oleh bapak setelah
usaha
bapak ini maju dibuka cabang baru dan dikelola oleh ibu. Kedua
perusahaan
ini maju dan membuka beberapa cabang lain mungkin jenis usahanya
berbeda
atau lokasinya berbeda. Masing-masing usahanya ini bisa dikembangkan
atau
dipimpin oleh anak-anak mereka. Dalam keadaan sulitnya lapangan kerja
pada
saat ini maka kegiatan semacam ini perlu dikembangkan.
7. Copreneurs
Copreneurs are entrepreneurial couples who
work together as co-ownners of
their
businesses. (Copreneurs adalah pasangan wirausaha yang bekerja bersama
–
sama sebagai pemilik bersama dari usaha mereka).
Copreneurs
ini berbeda dengan usaha keluarga yang disebut sebagai usaha Mom
and
Pop ( Pop as “boss” and Mom as “subordinate” / Ayah sebagai pemimpin dan
Ibu
berada di bawah kekuasaan Ayah).
Copreneurs
dibuat dengan cara menciptakan pembagian pekerjaan yang didasarkan
atas
keahlian masing-masing orang. Orang-orang yang ahli di bidang ini diangkat
menjadi
penanggung jawab divisi-divisi tertentu dari bisnis-bisnis yang sudah ada.
Wirausahawan Wanita
(Women Entrepreneur)
Menurut Zimmerer dan Scarborough (2002:13),
meskipun telah diperjuangkan
selama
bertahun-tahun secara legislatif, wanita tetap mengalami diskriminasi di
tempat
kerja. Meskipun demikian, bisnis kecil telah menjadi pelopor dalam
menawarkan
peluang di bidang ekonomi baik pekerjaan maupun kewirausahaan.
Seorang
penulis mengatakan, “Kewirausahaan telah bersifat unisex seperti celana
jeans,
di mana si sini wanita dapat mengembangkan impian maupun harapan
terbesarnya”.
Semakin banyak wanita yang menyadari bahwa menjadi wirausahawan
adalah
cara terbaik untuk menembus dominasi pria yang menghambat peningkatan
karier
waktu ke puncak organisasi melalui bisnis mereka sendiri.
Faktanya, wanita yang membuka bisnis 2,4 kali
lebih banyak daripada pria.
Meskipun
bisnis yang dibuka oleh wanita cenderung lebih kecil dari yang dibuka
laki-laki,
tetapi dampaknya sama sekali tidak kecil. Perusahaan-perusahaan yang
dimilki
wanita memperkerjakan lebih dari 15,5 juta karyawan atau 35 persen lebih
banyak
dari semua karyawan Fortune 500 di seluruh dunia. Wanita memiliki 36
persen
dari semua bisnis. Meskipun bisnis mereka cenderung tumbuh lebih lambat
daripada
perusahaan yang dimiliki pria, wanita pemilik bisnis memiliki daya hidup
lebih
tinggi daripada keseluruhan bisnis. Meskipun 72 persen bisnis yang dimiliki
wanita
terpusat dalam bidang eceran dan jasa (seperti juga kebanyakan bisnis),
wirausahawan
wanita berkembang dalam industri yang sebelumnya dikuasai laki-laki,
seperti
pabrik, konstruksi, transportasi dan pertanian.
Faktor – Faktor
Penghambat Wanita Berwirausaha
Faktor-faktor yang
menghambat wanita untuk menjadi wirausahawan antara lain :
1. Faktor kewanitaan
Sebagai seorang ibu
rumah tangga ada masa hamil dan menyusui sehingga agak
mengganggu jalannya
bisnis. Hal ini dapat diatasi dengan mendelegasikan
wewenang/tugas kepada
karyawan/orang lain. Tentunya pendelegasian ini
mempunyai keuntungan
dan kerugian. Jalannya perusahaan tidak akan persis
sama bila dipimpin
oleh pemilik sendiri, jadi ada dua kemungkinan, lebih baik
atau lebih buruk.
2. Faktor sosial
budaya dan adat istiadat
Wanita sebagai ibu
rumah tangga, bertanggung jawab penuh dalam urusan
rumah tangga. Bila
anak atau suami sakit, ia harus memberikan perhatian
penuh, dan ini akan
mengganggu aktivitas usahanya. Jalannya bisnis yang
dilakukan oleh wanita
tidak sebebas yang dilakukan laki-laki. Wanita tidak
bebas melakukan
perjalanan ke luar kota, acara makan malam dan sebagainya.
Begitu juga dengan
anggapan dan kebiasaan dalam suatu rumah tangga bahwa
suamilah yang memberi
nafkah, suami yang bekerja, maka sulit juga suatu
usaha berkembang
menjadi suatu usaha yang besar.
3. Faktor emosional
Faktor emosional yang dimiliki wanita,
disamping menguntungkan juga bisa
merugikan. Misalnya
dalam pegambilan keputusan, karena ada faktor emosional
maka keputusan yang
diambil akan kehilangan rasionalitasnya. Juga dalam
memimpin karyawan,
muncul elemen-elemen emosional yang mempengaruhi
hubungan dengan
karyawan pria atau wanita yang tidak rasional lagi.
4. Faktor administrasi
Faktor administrasi yang berbelit merupakan
satu faktor yang sangat menghambat
wanita dalam memulai
membuka usaha. Menurut penelitian dari Proyek
Peningkatan Peran
Usaha Swasta (Private Enterprise Participation Project) tentang
wanita pengusaha di
Indonesia pada tahun 2003 menyebutkan, fakta bahwa 35 %
wanita mengalami
kesulitan dalam memperoleh pinjaman. ()
5. Faktor Pendidikan
Faktor pendidikan
merupakan salah satu faktor penghambat wanita berwirausaha.
Data yang diperoleh
dari Biro Pusat Statistik mengenai tingkat pendidikan yang
diperoleh pengusaha
profil industri skala kecil dan kerajinan pada 2002 sangat
mengecewakan karena
perbedaan tingkat pendidikan antara wanita dan pria sangat
timpang dan
didominasi oleh kaum pria. Hal tersebut menjadi salah satu alasan
mengapa women
entrepreneur sulit berkembang.
PROFIL
WIRAUSAHAWAN
Ø Mengejar
Prestasi
Wirausahawan
bercirikan senantiasa menginginkan prestasi prima. Untuk itu mereka lebih
memili bekerja dengan pakar ketika menghadapi problema dan cendrung untuk
berfikir cermat serta berfokus pada visi jangka panjang tentang bisnis.
Ø Berani
Mengambil Resiko
Wirausahawan
tidak takut menjalani pekerjaan yang disertai resiko dengan memperhitungkan
besar kecilnya resiko. Mereka menyadari bahwa prestasi yang lebih besar hanya
mungkin dicapai jika mereka bersedia menerima resiko sebagai konsekuensi
terwujudnya tujuan.
Ø Mampu
Memecahkan Masalah
Wirausahawan
adalah orang yang memiliki kepemimpinan yang tumbuh secara alami dan pada
umumnya lebih cepat mengidentifikasikan permasalahan yang perlu diatasi.
Ø Rendah
Hati
Wirausahawan
mendapatkan kepuasan dalam lambing-lambang keberhasilan yang di luar dirinya.
Mereka senang usaha yang mereka bangun dipuji orang,namun mereka menolak
apabila pujian yang ditujukan kepada mereka.
Ø Bersemangat
Wirausahawan
secara fisik senantiasa tampak lincah dan berbadan sehat. Mereka mampu bekerja
melebihi jam kerja rata-rata yang dilakukan orang lain ketika merintis usaha.
Ø Memiliki
Rasa Percaya Diri
Wirausahawan
adalah orang yang memilki percaya diri yang sangat tinggi dan tidak meragukan
kecakapan dan kemampuannya. Mereka berfikir bahwa tindakan mereka akan mampu
mengubah kejadian dan percaya bahwa mereka adalah pemimpin bagi mnereka
sendiri.
Ø Menghidari
Sifat Ceneng
Wirausahawan senantiasa menghindari sifat cengeng dalam membentuk pribadi
mandiri sehingga sering kali mengalami kesulitan dalam membentuk ikatan
emosional yang kental dengan konsekuensi kurang terjalinya hubungan akrab
dengan kawan atau anggota keluarga.
Ø Mencari
Kepuasaan Diri
Karena Wirausahawan termotivasi oleh kebutuhan untuk mewujudkan prestasi diri,
mereka sering kali kurang berminat tehadap struktur organisasi. Mereka
mengabaikan aktivitas manjemen organisasi tradisional sehingga pada umunya
mereka mengalami kesulitan dengan waktu kerja apabila bekerja untuk suatu
perusahaan.